Guru ikut berperan serta dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan bangsa. Guru dalam filosofi Bahasa Jawa adalah sebuah kata yang mempunyai makna “digugu lan ditiru“. Atau dalam Filosofi Minang disebutkan ¨kalau guru buang aie sambie tagak, mako murid akan buang aie sambie balari¨. Slogan-slogan tersebut memiliki makna yang kurang lebih sama yakni bahwa sosok seorang guru harus dapat dipercaya dan ditiru/ diteladani.

Ki Hajar Dewantara, sebagai Bapak Pendidikan Indonesia pernah menyebutkan semboyan yang populer hingga saat ini,  ¨Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tutwuri Handayani¨  Di depan memberi contoh, di tengah membangun, di belakang memberikan dorongan. Eksistensi seorang guru semakin dituntut dan keteladanan nya sangat didambakan dalam makna yang komprehensif. Hal ini mengisayaratkan bahwa dalam berbagai kegiatan kehidupan, masyarakat berharap guru sebagai tauladan. Ketika di sekolah, seorang guru harus dapat menjadi panutan bagi siswanya.

Dengan tugasnya yang ´berat´, maka apresiasi perlu disematkan pada seorang guru. Kongres I PGRI pada tanggal 24-25 November 1945 disepakati berdirinya PGRI sebagai wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di seluruh Indonesia. Maka, sebagai penghormatan kepada para guru, pemerintah menetapkan hari lahir PGRI tersebut sebagai Hari Guru Nasional dan diperingati setiap tanggal 25 November tiap tahunnya. 

Pada tahun 2022, dengan tema “Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar” menuntut Tenaga pendidik, di era pasca pandemi, untuk mampu memberi dan menjadi solusi dengan melakukan inovasi, karena inovasi adalah sebuah kebutuhan dan keharusan di era kebiasaan baru saat ini, demi mewujudkan terlaksananya Merdeka Belajar untuk para pelajar. 

¨Orang yang hebat bisa melahirkan beberapa karya yang hebat. Tapi guru yang hebat bisa melahirkan ribuan orang hebat. Jangan lelah dan tetap terus sabar untuk terus mengajar untuk para guru hebat. Selamat Hari Guru Nasional 2022 untuk seluruh guru di Indonesia¨.